Skip to content

Tiga Point Untuk Menjadi Trainer

Ada tiga hal yang diperlukan agar sebuah Training menjadi Tremendous (dahsyat). Ketiga hal ini berkaitan satu sama lain selayaknya sebuah sistem. Pertama yang paling mudah dicari dan dipenuhi adalah Hardwarenya, kemudian Software yang membutuhkan keahlian andragogy dalam membuatnya. Ketiga adalah Brainware, yaitu manusia yang mengoperasikan hardware+software, alias Trainer itu sendiri.

Hardware

Bagian ini merupakan hal yang mudah dicari dalam training. Dalam era informasi seperti sekarang semua hal tersedia. Hardware paling sederhana dalam pelatihan adalah tayangan presentasi, video motivasi, modul games, lembar kerja sampai cerita inspiratif. Semuanya tersedia di internet dan kita hanya perlu mengunduhnya.

Terkadang memang kita harus memodifikasi seperlunya untuk beberapa hal. Misalnya lembar kerja, ada baiknya kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia yang baku pada partisipan tertentu. Peralatan games terkadang perlu dicari subtitusinya yang tersedia, apabila tidak ditemukan maka cari permainan lain.

Software

Bagian ini memerlukan pengetahuan mengenai andragogi (pembelajaran orang dewasa). Umumnya orang-orang yang memiliki latar belakang psikologi sudah memahaminya sedikit. Beberapa trainer mengakui Accelerated Learning merupakan panduan yang bagus dalam menjalankan training.

Yang termasuk software adalah membuat modul atau tepatnya rundown sebuah sesi pelatihan. Rundown sebuah training dapat menentukan hasil keseluruhan training. Alur antar materi harus runtut, logis, mudah dicerna dan tidak ”me-nina bobo-kan peserta”. Setiap 10’ harus ada aktivitas berbeda. Nah kemampuan meracik aktivitas inilah yang dapat ditemukan di Accelerated learning.

Brainware

Pada akhirnya semua bergantung pada operator sistem. Dalam training maka operatornnya adalah trainer itu sendiri. Seorang trainer diharuskan memiliki kemampuan improvisasi yang unggul. Modul yang sama dengan partisipan yang berbeda dapat menghasilkan pola diskusi yang berbeda. Disinilah improvisasi trainer dibutuhkan.

Trainer harus paham kapan membolehkan diskusi berkembang, kapan harus memotong diskusi supaya rundown tidak berantakan. Proses keberhasilan training bukan menghabiskan banyak waktu untuk materi yang disajikan. Namun penglolaan waktu, dinamika peserta dan subtansi dari setiap poin pembahasan. Semoga anda berhasil menjadi trainer yang menyenangkan dan mampu mengembangkan orang lain.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *